Arti Jabatan Menurut Islam
Janganlah kamu menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu, maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi, jika ditugaskan tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong mengatasinya.
Nabi Muhammad SAW
Sangat sulit dewasa ini bekerja tanpa pamrih dan tanpa ambisi. Apalagi jika ada suatu jabatan yang mungkin dapat diraih. Tidak ada suatu peluang yang begitu menarik seperti jabatan. Jabatan merupakan fenomena tata-cara kehidupan birokrasi modern, supaya struktur kerja lebih profesional, mencangkup sangkil dan mangkus efisien dan efektif. Jabatan adalah maqam, suatu tataran pencapaian martabat kejiwaan yang mengejawantah dalam tataran kedudukan di masyarakat.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang dikutip di atas, memberi jarak antara jabatan dan ambisi. Jabatan harus tak ada hubungannya dengan ambisi. Walau dalam bentuk pikiran, ambisi akan jabatan tidak dibenarkan. Nah, pikiran yang bersih, inilah soalnya. Pernah diceritakan tentang Imam Al-Ghazali yang sedang jadi imam salat berjamaah, di antaranya bermakmum adiknya, Ahmad. Ketika dua rakaat sedang berlangsung, adiknya memisahkan diri untuk bersalat sendirian.
Apa sebabnya? Sang adik melihat darah di tubuh kakaknya, sehingga kakaknya dianggapnya tidak bersih dalam berwudu. Sang kakak memberi keterangan bahwa ia memang teringat buku fikih yang sedang ditulisnya, di antaranya bab tentang haid dan nifas. Dari keterangan sang imam ini kita bisa memetik pelajaran betapa besar peran kebersihan jiwa pada seseorang. Lebih-lebih bila ia telah mencapai tataran seorang imam bagi umatnya.
Apa sebabnya? Sang adik melihat darah di tubuh kakaknya, sehingga kakaknya dianggapnya tidak bersih dalam berwudu. Sang kakak memberi keterangan bahwa ia memang teringat buku fikih yang sedang ditulisnya, di antaranya bab tentang haid dan nifas. Dari keterangan sang imam ini kita bisa memetik pelajaran betapa besar peran kebersihan jiwa pada seseorang. Lebih-lebih bila ia telah mencapai tataran seorang imam bagi umatnya.
''Peristiwa darah'' sang imam tidak hanya mencakup karomah yang telah dikaruniakan kepadanya, melainkan juga betapa bersih jiwanya dari ambisi, sehingga apa-apa yang dengan serius dipikirkannya, menjadi kasat mata dalam arti yang harfiah. Itulah makanya, seorang ''suci'' begitu berhati-hati dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, sehingga tingkah-lakunya menunjukkan kebersihan jiwanya. Jika tidak demikian, akan goncang rumahtangganya, masyarakatnya, maupun hubungannya dengan Tuhan. Bisa-bisa menimbulkan kerusakan.
Category: Hikmah